Gedung BI Medan/Kantor BI Provinsi Sumut (foto: P4/isya) |
Inflasi yang terkendali tersebut didukung oleh terjaganya pasokan, tercermin pada inflasi bahan makanan yang relatif rendah di tengah kenaikan tekanan inflasi pada kelompok transportasi.
"Melihat hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, pada bulan Januari 2019, terdapat indikasi daya beli masyarakat masih cukup baik tercermin pada kenaikan indeks komoditas makanan, minuman, dan tembakau serta peralatan rumah tangga yang mengindikasikan,” hal ini," ungkap Andiwiana, Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumatera Utara, dalam siaran persnya, Jumat (01/2/2019) sore.
Menurutnya, kelompok transportasi menjadi sumber inflasi Januari 2019. Komoditas angkutan udara menjadi sumber inflasi utama dengan andil 0,34% (mtm) terhadap inflasi bulanan. Tekanan inflasi pada komoditas ini didorong oleh penyesuaian strategi penjualan tiket angkutan udara yang dimulai pada akhir tahun 2018.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH), rata-rata harga tiket pesawat pada bulan Januari tercatat di kisaran Rp2,04 juta, meningkat hingga 12% dari bulan sebelumnya berada di kisaran
Rpl,8 juta.
Selain itu, tekanan inflasi juga bersumber dari beberapa komoditas perikanan. Ikan kembung, ikan dencis, dan ikan tongkol menjadi sumber komoditas inflasi dengan total andil 0,09% terhadap inflasi bulanan. Curah hujan cukup tinggi di pesisir barat disinyalir menyebabkan penurunan frekuensi aktivitas nelayan, sehingga pasokan ikan segar terbatas.
Cabai Merah Picu Deflasi
Pasokan hortikultura yang melimpah menahan inflasi lebih lanjut. Cabai merah menjadi sumber deflasi utama dengan andil -0,49% (mtm). Penurunan harga terjadi di seluruh kota IHK sejalan dengan masuknya periode panen raya di sentra — sentra produksi.
Berdasarkan pemantauan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), rata — rata harga cabai merah di Sumatera Utara pada bulan Januari 2019 mencapai Rp18.280,00 jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar Rp23.860,00.
Secara spasial, perkembangan harga tertinggi dirasakan di Kota Padangsidimpuan. Kota Padangsidimpuan menjadi kota dengan inflasi tertinggi dibandingkan dengan kota IHK di Sumatera Utara lainnya, yaitu sebesar 0,46% (mtm).
Hal ini terkait dengan pola konsumsi masyarakat Kota Padangsidimpuan terhadap komoditas ikan-ikanan yang sedang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, kota Sibolga menunjukkan koreksi harga dengan realisasi deflasi 0,03% (mtm) yang ditengarai karena mendapatkan pasokan cabai merah yang berlebih dari panen raya di sentra produksi Mandailing Natal dan Tapanuli Utara.
Kedepan, tekanan inflasi diperkirakan masih sesuai dengan pola tahunannya. Faktor yang dapat menahan Iaju inflasi adalah masih berlangsungnya panen raya hortikultura dan tanaman pangan pada periode Februari dan Maret.
Sementara, faktor yang dapat mendorong laju inflasi adalah perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional Imlek dan penyesuaian harga pengiriman barang melalui jalur transportasi udara. [P4/isya]