Liza sedang menjahit masker di rumahnya, jalan HM .Joni Medan. (foto:P4/ M.uhammad Isya) |
MEDAN-PILAREMPAT.com
: Setiap musibah ternyata ada berkahnya, di tengah badai
masih ada suatu harapan. Pameo yang bijak tersebut cocok kita sandangkan
untuk pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) tempahan baju di Kota Medan yang sekarang beralih
profesi menjadi bisnis
pembuat masker kain sebagai bisnis sampingan.
Di tengah badai Corona Virus Disease (Covid-19) yang mewabah di seluruh dunia ini, bagi Liza (50) membuat masker kain untuk alat
pelindung diri (APD) dari pansemi virus Corona menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Diakuinya dalam membuat masker ini dikerjakannya sebagai selingan waktu di tengah profesi sebagai tukang jahit yang menerima tempahan.
“Baru bulan Maret saya mencoba buat masker, bahan
bakunya dari kain katun berbagai motif, saya beli dengan modal sendiri.Kami lihat pasarnya cukup menjanjikan.
Masker ini kami jual sendiri secara eceran tapi ada yang kami titipkan di
pedagang penjual masker,” ungkap Liza didampingi suaminya saat menjawab Pilarempat.com di rumahnya
sekaligus tempat usaha kecil tempahan jahitan, di Jalan
H.M. Joni, Gg. Masjid, Medan, Minggu (19/4/2020).
Liza mengungkapkan, produk masker produknya itu dijualnya
secara eceran dengan dibantu suaminya, sebagian ditolaknya ke
pedagang-pedagang kecil, termasuk spesial penjual masker kain yang banyak kita lihat di sepanjang jalan
di seputaran Kota Medan, dan ada yang dititipkannya ke toko-toko, seperti tempat fotokopi, penjual aksesoris helm & fashion eceran .
Ia menyebutkan, dalam sehari bisa menjahit atau menghasilkan
50 sampai100 buah/potong masker. Harga eceran
masker ini Rp15.000,-/ dua buah , dan satu
buah Rp8.000,- ,sedangkan yang lebih murah ada dijual Rp5.000,- tapi bahan
pengikat/talinya dari karet.
“Bahkan di awal merebaknya virus Corona bulan januari-februari lalu banyak juga pengecer jual masker ini sampai Rp10.000 per buah,”
sebut Liza.
Masker kain buatan Kak Liza ada berbagai motif dan warna yang menarik. (foto: P4/M.Isya) |
Ia merincikan, keuntungan
diperoleh dari setiap potong masker kain yang dibuatnya itu sebesar Rp1.000,- saja. Jika
dijual Rp5.000,-/buah, itu sudah termasuk perkiraan biaya/cost operasional Rp4.000,-,
yaitu Rp2.000,-upah jahit ditambah biaya bahan bakunya kain katun juga Rp2.000,.-yang berukuran 20
cm x 20 cm.
“Sebenarnya sejak bulan
Februari sudah ada yang menyuruh saya yaitu toke konveksi yang mau mengorder
banyak masker tapi waktu itu
hati saya belum tergerak untuk membuatnya,” ungkap Liza.
Ia menganjurkan agar
masker yang baru dibeli hendaknya sebelum dipakai supaya yang memakainya tidak
terhirup pengaruh zat kimia yang melekat di kain lebih baik dicuci dan digosok supaya bersih dan
mati kumannya.
“Alhamdulillah, kerjaan sampingan ini bisa
menambah income ekonomi keluarga saya. Ya, lumayanlah omzet penjualannya, meskipun cuma ambil untung Rp1.000,- per potongnya,” ucap Liza.
Dari 50 buah/potong masker
itu misalnya, terang Liza, ia menghabiskan sampai 3-4 meter kain sebab dalam 1
meter bisa menghasilkan/dibuat untuk 15 potong masker. Kain katun jenis
kualitas biasa ini yang baru,itu dibelinya Rp25.000/ meter sedangkan katun jepang (lebih
kilat) sampai Rp40.000,-/meter.
Daniar saat merapikan setiap masker yang sudah siap dibuatnya itu ke dalam bungkus plastiknya. (Foto:P4/Isya) |
Upah Borongan
Sama halnya dengan
Liza, bedanya Daniar (52) yang sehari-harinya juga berprofesi sebagai tukang jahit
baju tempahan itu yang buka usaha kecilnya di rumahnya di Jalan
Menteng II Medan itu, menerima tempahan masker kain dari seorang toke sekaligus
pemberi modal bahan bakunya. Sudah 1.000 masker yang dibuatnya dalam dua kali
tahap order yang diterimanya dari pemilik modal yang juga punya usaha konveksi
di seputaran Jalan Bromo itu.
Melalui mesin jahit konventional
miliknya, Daniar mengaku menjahit masker kain sebagai pekerjaan selingan ini untuk
menambah penghasilan keluarganya. Disebutnya profesinya sehari-hari adalah
sebagai tukang jahit pembuat baju dan celana tempahan.
“Saya ambil upah
borongan masker belum sampai sebulan ini. Bahan bakunya dari toke itu semuanya.
Alhamdulillah bisa menambah kebutuhan ekonomi keluarga saya,” ucap wanita paruh
baya yang sudah 20 tahun berkutat mencari nafkah sebagai pelaku usaha kecil
tukang jahit/tempah baju dan celana ini.
Disebut Daniar lagi,
untuk masker buatannya itu dia mendapatkan upah perbuahya Rp1.000, dan
diakuinya harga jual masker Rp2500/buah, bila jual per eceranya.
Untuk bahan bakunya ini
istilah disebutnya terbuat dari kain lapis kawat yang biasa dibuat orang utk bahan
baku tas jinjing, sebab itu harganya tergolong murah.
“Masker kain yang saya
buat ini cuma selapis saja dan bahan pengikatnya dari jenis tali bantal makanya
harga jauh lebih murah bang,” ujar ibu yang masih punya tanggungan anak gadisnya yang kuliah di salah
satu PTN di Medan ini.
Daniar mengaku kalau
order/borongan masker yang diupahkan kepadannya itu tidak ada istilah batas
target selesai. Bila satu hari sanggup dia selesaikan sebanyak 50 potong bahkan
lebih, tergantung waktu dan kemauannya.
”Kalau kita mau dapat
nambah lagi orderannya, maka cepat atau rajin lah kita membuat atau menyiapkanya,”
tutur Daniar sembari ia merapikan setiap masker kain warna biru yang sudah siap dibuatnya
itu ke dalam bungkus plastiknya.
Sama dengan Liza, ukuran
kain bahan baku maskernya Daniar juga berukuran
bujur sangkar 20 x 20 cm namun memang cuma selapis saja kainnya.
Dia mengakui, masker
buatanya itu menurut si pemilik modalnya memang lebih sering dipesan oleh
organisasi sosial/perkumpulan dan komunitas agama untuk dibagikan kepada
paraanggotanya dan masyarakat yang membutuhkan masker.
Terlepas kualitas bahan
baku masker kain buatan kedua wanita yang ulet mencari nafkah itu, masker kain made in atau buatan UKM orang Medan ini tidak kalah bersaing dengan masker standar yang dijual di Apotek. Sebab masker kain produk kedua wanita asal Sumatera Barat ini cukup memberi kontribusi sekaligus solusi, khususnya bagi
masyarakat Kota Medan sekitarnya yang membutuhkan APD di tengah pandemi Covid-19 yang sudah mewabah di 200 lebih negara di dunia. [P4/M. Isya]