MEDAN, PILAREMPAT.com – Bank Indonesia (BI) mencatat tren pemulihan ekonomi Sumatra Utara (Sumut) menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,97 persen year-on-year (yoy) pada triwulan III 2022. Angka ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut, Doddy Zulverdi (foto) mengatakan, konsumsi rumah tangga dan lapangan usaha pertanian menguasai pangsa terbesar dari sisi pengeluaran dan produksi.
“Meskipun lebih rendah dari triwulan II 2021, namun angka pertumbuhan ini lebih tinggi dari triwulan II tahun 2022,” ujar Doddy dalam Bincang Bareng Media,di Kantor Perwakilan BI Sumut, Jumat siang (25/11/2022).
“Sebagian besar sektor utama seperti perdagangan, industri dan transportasi juga mencatatkan akselerasi,” tambahnya. Seperti diketahui, kata Doddy, Sumut menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sumatra pada triwulan III 2022. Provinsi Sumut memberi andil terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatra sebesar 1,14 persen.
“ Kondisi ini meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,12 persen,”sebutnya.
Doddy menambahkan secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 5 kota di Sumut yang mengalami deflasi sebesar -0,51 persen (mtm), berbalik arah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,00 persen (month to month/mtm).
“Sumber deflasi terutama berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi sebesar -0,57 persen (mtm) yang didorong oleh penurunan harga komoditas cabai merah, daging ayam ras, telur, cabai rawit, dan tomat,” katanya.
Doddy memperkirakan pada bulan November 2022 ini, inflasi Sumut secara bulanan akan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Perkiraan peningkatan curah hujan dan sifat hujan berpotensi mengganggu produksi beberapa komoditas pangan dan perikanan.
“Disamping potensi bencana dan cuaca buruk yang menyebabkan ombak besar dan kelangkaan solar yang dapat menghambat nelayan untuk melaut,” ungkapnya.
Selain itu, masih tingginya harga gabah dan berakhirnya masa panen beberapa komoditas hortikultura di bulan November 2022 diperkirakan turut menjadi faktor pendorong inflasi Sumut.
Doddy berharap melalui koordinasi TPIP maupun TPID Provinsi dan Kabupaten Kota dalam GNPIP, percepatan realisasi alokasi anggaran pengendalian inflasi, dan normalisasi kebijakan moneter BI dapat menjadi faktor penahan inflasi Sumut lebih tinggi pada periode November 2022.
“Normalisasi kebijakan moneter Bank Indonesia berupa peningkatan suku bunga dapat menghambat inflasi,” ucapnya. [P4/sya]