PILAREMPAT.com - Jakarta :
Bank Indonesia (BI) memproyeksi pada tahun 2025 inflasi Indonesia akan terus terjaga rendah sebesar 2,5%±1%. Selain itu, BI juga mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit lebih tinggi, sehingga mampu tumbuh hingga 13%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan hal tersebut pada Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2024, Rabu (22/01) di Jakarta, sebagaimana dilansir dari jogjaprov.go.id.
Ia mengatakan, optimistisme terhadap perekonomian Indonesia ini dapat terus meningkat. Meskipun, untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan revisi ke bawah terhadap proyeksi ekonomi Tanah Air untuk periode 2025 dan 2026.
Menurut Perry, perlu dilakukan sinergi, yang terpenting bagi pembangunan. Sinergi inilah salah satu kunci menghadapi berbagai tantangan. Sekaligus untuk mengawal pertumbuhan dengan mensejahterakan rakyat karena sinergi, tidak bekerja sendiri-sendiri.
“Kami Bank Indonesia optimis tahun ini Indonesia akan mencapai kinerja yang lebih baik dari 2024. Dengan sinergi itu, Pemerintah, Bank Indonesia , Kementerian, Akademisi, Komisi XI, Industri bersatu menjaga negara kita, menjaga ekonomi kita bersatu. Kita teguh dan kuat mengusung, mensejarahkan rakyat," ujar Perry.
Di tengah tekanan dolar terus menguat, Perry menyampaikan komitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar baik intervensi di pasar spot, forward maupun membeli SBN di pasar sekunder. Ini merupakan wujud dukungan terhadap Astacita Presiden RI. Bersama Kementerian Keuangan RI, BI menyepakati pembelian SBN di pasar sekunder dan debt switching dari SBN masa SKB I-III yang jatuh tempo tahun ini, sebesar kurang lebih Rp 100 triliun.
Diungkapnya, pada pertengahan Desember lalu, BI dan Kemenkeu memang telah menyepakati bahwa bank sentral dapat melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder dengan jumlahnya lebih tinggi dari SBN yang jatuh tempo saat masa 'burden sharing'.
Meskipun optimistis, Perry tetap mewaspadai gejolak global termasuk persoalan geopolitik yang masih terus berlanjut.
"Arah kebijakan BI akan terus diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi," katanya.
Sinergi, stabilitas, dan transformasi menjadi 3 hal penting yang menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sinergi yang dijalin antara pemerintah, Bank Indonesia, kementerian akademisi, Komisi XI dan industri, bersatu menjaga negara. Menjaga ekonomi agar tetap teguh dan kuat untuk mensejahterakan rakyat.
Stabilitas juga diperlukan untuk memastikan langkah-langkah yang akan diambil. Tidak ada negara yang bisa maju apabila tidak stabil pada aspek politik, hukum, ekonomi dan keuangannya. Dengan kondisi yang stabil, pertumbuhan baru akan melaju dengan pesat.
“Transformasi adalah kunci untuk kita bisa tumbuh lebih tinggi. Bagaimana kita meningkatkan produktivitas, meningkatkan modal, penciptaan lapangan kerja dan juga aspek-aspek efisiensi produktif,” pungkas Perry. [P4/uk/sd/kdk]