DR.Ali Yusran Gea, SH.,MKn.,MH : Anggota DPR-RI yang Membentuk Perundang-undangan Jangan Menambah Penderitaan Rakyat!!!

/

/ Senin, 24 Maret 2025 / 22.14 WIB


PILAREMPAT.com - Medan :

DR. ALI YUSRAN GEA, SH., MKn., MH selaku Ketua Dewan Perwakilan Daerah Perkumpulan Penasihat dan Konsultan Hukum Indonesia (DPD PERHAKHI) Sumatera Utara & Pembina Yayasan Pondok Konstitusi DR. Ali Yusran Gea, SH., MKn., MH menegaskan bahwa  PERTANGGUNGJAWABAN POLITIK PEMBENTUKAN PERUNDANG-UNDANGAN BERADA DI TANGAN ANGGOTA DPR-RI SEBAGAI REPRESENTATIF POLITIK MASYARAKAT BANGSA INDONESIA.

"Pembentukan perundang-undangan pada hakikinya harus mencerminkan dan mengandung muatan nilai-nilai pancasila sebagai hukum kepribadian bangsa (personality law) dan tidak bertentangan dengan hukum dasar (Konstitusi Undang-Undang Dasar Tahun 1945) serta mengacu pada asas-asas pembentukan perundang-undangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 jo Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan," ungkapnya di Medan, Senin (24/3-2025).

Adapun asas-asas pembentukan perundang-undangan itu, terang Gea, antara lain Asas Pembentukan Peraturan yang terdiri dari asas kejelasan tujuan, asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, asas dapat dilaksanakan, asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas kejelasan rumusan, dan asas keterbukaan serta Asas Materi Muatan yang terdiri dari asas pengayoman, asas kemanusiaan, asas kebangsaan, asas kekeluargaan, asas kenusantaraan, asas kenusantaraan, asas Bhineka Tunggal Ika, asas keadilan, asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, asas ketertiban dan kepastian hukum serta asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Nilai-nilai kepribadian bangsa yang melekat dalam materi perundang-undangan memiliki nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai musyawarah dan nilai keadilan serta nilai-nilai itu merupakan cita hukum bangsa Indonesia dan konkritisasinya termaktub dalam Konstitusi Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Kemudian daripada itu politik hukum dalam proses pembentukan perundang-undangan antara lain setiap pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai, setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang dan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang undangan.

Ditegaskan Gea lagi, anggota DPR-RI merupakan representatif politik dari seluruh masyarakat bangsa Indonesia kiranya membuka hati dan pikiran dalam pembentukan perundang-undangan agar dapat tidak menambah penderitaan rakyat. 

Ada beberapa rancangan Undang-undang saat ini yang sedang dalam tahap pembahasan antara lain Rancangan KUHAP, Rancangan Undang-Undang Kejaksaan, Rancangan Undang-Undang Advokat dan rancangan Undang-Undang lainnya agar jauh dari karakter otoritarianisme, neokapitalisme, neoliberalisme dan neokolonialisme. 

"Rakyat menghendaki agar pembentukan perundang-undangan berparadigmatik pada nilai filosofis, yuridis dan sosiologis. Nilai filosofis yang di maksud adalah sebagaimana termaktub dalam nilai-nilai Pancasila sebagai hukum kepribadian bangsa, kemudian nilai yuridis tidak bertentangan dengan cita hukum bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam Konstitusi Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta materi perundang-undangan tidak bertentangan dengan nilai-nilai adab kebiasaan hidup masyarakat Indonesia dan menghormati bentuk adat budaya serta kearifan lokal bangsa Indonesia," pungkasnya.

Adapun kesimpulan fungsi DPR-RI dalam pembentukan perundang-undangan adalah agar setiap produk perundang-undangan yang dilahirkan dari proses legislasi DPR-RI mencerminkan ruh dan jiwa cita bangsa Indonesia dan membatasi kesewenang-wenangan penyelenggaraan pemerintahan oleh penyelenggara negara untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang sebesar-besarnya sebagaimana termaktub dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta menghormati Hak Asasi Manusia. [P4/rel/sya]

Komentar Anda

Berita Terkini